HARGA PASARAN KUALITAS JEMPOLAN, dan anda dapat juga membeli barang dengan HARGA GROSIR*. Silahkan klik pada "info barang" untuk mengetahui detail barang..
Selamat berbelanjaa....

morfologi pantai utara provinsi jawa barat

Pantai utara provinsi Jawa barat

Secara geografis berdasarkan batas wilayah kabupaten/kota, pesisir dan laut wilayah utara Jawa Barat terletak pada 106°48' - 108°48' Bujur Timur dan 6°10' - 7° Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa dan Propinsi DKI Jakarta
•Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Cianjur, Bandung, Majalengka, Sumedang, dan Kuningan
• Sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Banten
• Sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah
Pesisir dan laut wilayah utara Jawa Barat membentang dari Kabupaten Bekasi di barat sampai Kabupaten Cirebon di timur dengan luas wilayah administratif kabupaten/kota mencapai 8.570,28 km2 dengan panjang garis pantai kurang lebih 354,2 km. Panjang pantai masing-masing Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut : KabupatenBekasi 74 km, Karawang 57 km, Subang 48,20 km, Indramayu 114 km, Kabupaten Cirebon 54 km dan Kota Cirebon 7 km.
Gambar 1. Pantai utara Jawa Barat

Secara umum morfologi topografi pantai utara Jawa Barat merupakan suatu daerah dataran dengan lebar dataran yang bervariasi. Dataran sempit dibagian timur (sekitar Kota Cirebon) dan bagian barat, dan meluas pada bagian tengah. Pada dataran yang lebar banyak dijumpai sungai-sungai yang mengalir dan bermuara dibagian tersebut, diantaranya Sungai Cimanuk, S. Cipunagara, S. Citarum, dan S. Bekasi. Berdasarkan proses pembentukannya dataran yang ada dapat dibedakan menjadi : dataran limpah banjir, kipas aluvial, endapan rawa, endapan laut dan dataran pantai-pematang pantai. Secara rinci endapan yang terdapat di pantai utara Jawa Barat disusun oleh : (Badan Geologi-DESDM, 2000)
• Endapan Kipas Aluvial
Endapan ini umumnya terbentuk dari hasil vulkanik terdiri dari lempung, pasir campur kerikil, daya dukung tinggi, nilai keterusan terhadap air kecil sampai sedang.
• Endapan Limpah Banjir
Endapan ini umumnya disusun oleh lempung, lanau, kadang-kadang pasir halus, agak plastic sampai plastik, keras dalam keadaan kering, lunak dalam keadaan basah, daya dukung terhadap pantai rendah sampai sedang, keterusan terhadap sumber air kecil. Di atas endapan ini umumnya dimanfaatkan masyarakat sebagai daerah pertanian.
• Endapan Sungai
Endapan ini disusun oleh pasir sampai kerikil, lepas daya dukung terhadap pondasi sedang sampai besar. Permeabilitas besar, dapat bertindak sebagai akuifer, diatas endapan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai daerah pemukiman, hal ini bisa dimaklumi karena kemudahan untuk memperoleh air.
• Endapan Rawa dan Rawa Bakau
Endapan ini disusun oleh lempung, lanau, lempung organik, pasiran, plastisitas sedang, sifat rekah kerutnya tinggi, daya dukung terhadap pondasi sangat kecil, nilai keterusan terhadap air sangat kecil. Di atas lahan ini banyak dipergunakan penduduk sebagai lahan tambak.



• Endapan Pantai dan Pematang Pantai
Endapan ini disusun oleh pasir berukuran halus sampai kasar, kadang-kadang mengandung lanauan lempung, daya dukung pondasi kecil sampai sedang, nilai keterusan terhadap air sedangsampai besar. Di atas endapan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan pemukiman, karena letaknya relatif lebih tinggi dari daerah sekitarnya, dan kemudahan untuk memperoleh air.
• Endapan Laut
Endapan laut terbentuk dari lempung abu-abu sampai biru, lunak, daya dukung terhadap pondasi kecil, keterusan terhadap air kecil, biasanya endapan laut ini terletak dibawah endapan-endapan lain yang telah dijelaskan diatas.

Secara umum, garis pantai di wilayah utara jawa barat memiliki tipe garis pantai yang terbentuk akibat adanya proses pengangkatan, hal ini terlihat dari garis pantainya yang relative lurus di sepanjang garis pantai utara, serta apabila dilihat dari ketinggiannya, daerah pada sekitar pantai utara jawa barat ini memiliki ketinggian yang relatif landai, hal ini terlihat dari peta ataupun citra satelit, tidak adanya atau sedikitnya daerah-daerah perbukitan yang mengakibatkan daerah di sekitar pantai terlihat landai. Hal ini berbeda dengan kondisi wilayah di daerah selatan Jawa barat, yang relatif ketinggiannya tidak terlalu landai, dan kondisi pantainya pun dipengaruhi oleh adanya pegunungan-pegunungan pada sekitar daerah pantai selatan Jawa barat yang di pengaruhi oleh adanya atau dekatnya daerah tersebut dengan zona subduksi. Selain dengan banyaknya pegunungan, wilayah pantai di daerah yang dekat zona subduksi juga relatif lebih curam, dibandingkan dengan daerah yang jauh dengan zona subduksi, sebagai contoh yaitu daerah pantai utara jawa barat yang landai, hal ini di sebabkan karena daerah pantai tersebut jauh atau tidak pada zona subduksi, ataupun pertemuan lempeng-lempeng.
Satuan geologi dari wilayah pantai utara Jawa barat ini dapat di golongkan menjadi tiga kelompok, yaitu :



1. Satuan Geologi Lingkungan Dataran Pantai
Satuan geologi lingkungan ini daerahnya merupakan morfologi dataran meliputi dataran pantai, dataran pematang pantai. Kemiringan lereng kurang dari 3 %, elevasi ketinggian < 5 meter di atas permukaan laut. Jenis pantai adalah relif rendah/halus, relatif lurus, setempat adalah berbetuk ‘cliff’ (tinggi tebing < 2 meter), dan fluvial deltaik. Litologi terdiri dari endapan-endapan pantai, rawa, pematang pantai dan delta. Dengan material campuran antara lempung lanauan. Lanau pasiran, pasir dan lempung. Sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan umumnya kompresibilitas sedang hingga tinggi, lunak hingga teguh, mengandung sisa cangkang moluska dan sisa tanaman. Ketebalan < 10 meter, daya dukung untuk pondasi dangkal antara 2 hingga 11 ton/m2. Proses geodinamis yang dominan adalah abrasi dan akresi di pantai. Hal ini menyebabkan perubahan garis pantai begitu cepat. Perubahan tersebut adalah pengurangan daratan hingga jarak 600 m dari garis pantai semula ke arah daratan, dengan kecepatan antara 2–20 m/tahun. Penambahan daratan hingga 7 km dari tahun 1946 hingga tahun 1978 ke arah laut. Amblesan terjadi terutama pada daerah rawa-rawa dengan endapan lempung dan lanau sebagai penyusunnya. Intrusi air asin terutama telah mencemari air tanah dangkal hingga jarak 7 hingga 15 km dari garis pantai kearah darat. Sumberdaya mineral adalah berupa air permukaan dan air tanah. Air permukaan melimpah sebagai air sungai-sungai. Air tanah dangkal terdapat hingga kedalaman 40 meter dibeberapa tempat. Sedangkan air tanah dalam terdapat lebih dari kedalaman 40 meter. Air tanah tersebut terdapat pada akuifer produktivitas sedang. Sumberdaya lain adalah bahan galian golongan C yaitu pasir laut, pasir sungai dan sirtu yang digunakan terutama sebagai bahan bangunan. Sedangkan minyak dan gas bumi tersebar baik di daratan dan di lepas pantai dengan total lapangan minyak sekitar 50. Eksplorasi dan eksploitasi dilakukan oleh Pertamina dan Arco.


Gambar 2. Lingkungan dataran pantai

2. Satuan Geologi Lingkungan Dataran Aluvial
Satuan Geologi Lingkungan ini daerahnya merupakan geomorfologi dataran aluvial sungai, dengan kelandaian hampir datar hingga datar, kemiringan lereng 0 hingga 5 %. Terdiri dari endapan rawa dan alur sungai tua. Sungai resen berbentuk meandering dan berpotensi banjir. Material sungai terdiri dari pasir, lanau, lempung lanauan, dan kerikilan. Sifat fisik lunak, plastisitas tinggi, daya dukung untuk pondasi dangkal antara 13 hingga 17 ton/m2. Proses geodinamis antara lain erosi lahan dan amblesan. Air permukaan melimpah sebagai air sungai. Air tanah dangkal terdapat hingga kedalaman 10 meter dibeberapa tempat. Sedangkan air tanah dalam terdapat lebih dari kedalaman 40 meter. Air tanah tersebut terdapat pada akuifer produktivitas sedang. Sumberdaya lain adalah bahan galian golongan C yaitu pasir sungai dan sirtu yang digunakan terutama sebagai bahan bangunan. Sedangkan minyak dan gas bumi tersebar di satuan ini.
Gambar 3. Lingkungan dataran alluvial

3. Satuan Geologi Lingkungan Alur Sungai
Satuan geologi lingkungan ini merupakan dataran lembah sungai yang terdiri dari alur-alur sungai dan tanggul-tanggul sungai masa sekarang. Kemiringan hampir datar hingga datar, 0 hingga 5 %. Sungai ini membentuk ‘meandering’ mengalir dari arah selatan dan bermuara ke pantai utara Jawa Barat. Sungai ini berpotensi banjir dan terjadi erosi tebing sungai. Litologi terdiri dari lempung lanauan, lanau pasiran, pasir dan kerikil. Sifat fisik lunak, plastisitas tinggi, daya dukung untuk pondasi dangkal antara 8 hingga 10 ton/m2. Sumber daya yang utama adalah air permukaan dan bahan galian golongan C pasir dari sungai yang cadangannya sangat melimpah.
Gambar 4. Lingkungan alur sungai

0 komentar:

Posting Komentar