HARGA PASARAN KUALITAS JEMPOLAN, dan anda dapat juga membeli barang dengan HARGA GROSIR*. Silahkan klik pada "info barang" untuk mengetahui detail barang..
Selamat berbelanjaa....

artikel sifat kemagnetan batuan

Sifat Kemagnetan Batuan
Bumi yang kita diami ini terbentuk atau tersusun dari macam-macam jenis batuan, karena adanya batuan-batuan tersebutlah maka terbentuknya bumi ini serta morfologi-morfologinya, diantara sekian banyak batuan yang menyusun bumi ini, terdapat batuan yang memiliki sifat kemagnetan, dan inilah yang menyebabkan adanya istilah kutub utara dan kutub selatan, studi mengenai kemagnetan ini pertama kali dipelajari oleh Sir William Gilbert(1540 – 1603). Gilbert adalah orang yang pertama kali melihat bahwa medan magnet bumi ekivalen dengan arah utara – selatan sumbu rotasi bumi. Penemuan Gilbert kemudian diperdalam oleh Van Wrede (1843) untuk melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi magnet di permukaan bumi. Hasil penelitiannya kemudian dibukukan oleh Thalen (1879) dengan judul :” The Examination Of Iron Ore Deposite By Magnetic Measurement” yang kemudian menjadi pionir bagi pengukuran magnetisasi bumi (Geomagnet).
Metode magnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Kemagnetan itu sendiri didefinisikan sebagai sifat mineral terhadap gaya tarik magnet, sifat mineral terhadap gaya tarik magnet inilah yang nantinya akan mengakibatkan adanya sifat kemagnetan pada batuan, karena batuan sendiri disusun oleh berbagai macam mineral sebagai penyusunnya, misalnya apabila suatu batuan memiliki banyak kandungan mineral magnetit, maka batuan tersebut kemungkinan besar memiliki sifat kemagnetan, karena mineral magnetit (Fe3O4) merupakan mineral yang bersifat magnetit, dan biasanya mineral ini sebagai penyusun dari batuan beku.
Kemagnetitan itu sendiri terbagi menjadi beberapa klasifikasi, antara lain :
1. Ferromagnetik
Apabila mineral yang di kandung batuan sangat mudah tertarik oleh gaya magnetik, atau dengan kata lain Memiliki harga susceptibilitas magnetik (k) yang positif dan besar, sifat kemagnetan substansi itu sendiri dipengaruhi oleh keadaan suhu. Atom-atom dalam bahan-bahan ferromagnet memiliki momen magnet dan interaksi antara atom-atom tetangganya yang begitu kuat sehingga momen semua atom dalam suatu daerah mengarah sesuai dengan medan magnet luar yang diimbaskan, bahkan dengan tidak adanya magnet dari luar. Contohnya adalah besi dan nikel.
2. Diamagnetik
Memiliki nilai susceptibilitas (k) negatif dan kecil artinya orientasi elektron orbital substansi ini selalu berlawanan arah dengan magnet luar, sehinggga medan totalnya selalu berkurang. Sebagai contoh adalah grafit, marbele, kuarsa, marmer, halite dan anhidrit serta gypsum.

3. Paramagnetik
Memiliki arah sama dengan medan luarnya sehingga harga susceptibilitas magnetiknya (k) bernilai positif namun kecil.Sifat-sifat paramagnet akan timbul bila atom atau molekul suatu bahan memiliki momen magnet pada waktu tidak terdapat medan luar dan interaksi antara atom adalah lemah. Pada umumnya momen magnet menyebar acak, tetapi bila diberi medan magnet luar momen tersebut akan mengarah sesuai dengan arah medan luar tersebut. Sebab-sebab sifat paramagnet ialah karena tidak seimbangnya putaran momen magnet elektron.Contoh mineral yang termasuk pada jenis ini adalah olivine dan biotit.


Berdasarkan klasifikasi tersebut dapat diketahui seberapa besar sifat-sifat kemagnetan sehingga diklasifikasikan kemana suatu batuan dalam kemagnetitan. Dalam hal ini, mineral mempunyai andil penting dalam hal menentukan sifat kemagnetan batuan. Berdasarkan klasifikasi di atas, dapat diketahui bahwa mineral-mineral yang memiliki kemagnetitan tinggi (feromagnetik) adalah mineral yang mengandung unsur Fe tinggi, dalam hal ini mengindikasikan bahwa mineral tersebut biasanya akan berwarna gelap dan bersifat basa, sehingga kenampakan pada batuan adalah batuan yang berwarna relatif gelap akan cenderung lebih bersifat magnetit, karena banyak mengandung unsur Fe di dalam mineral-mineralnya, dalam hal ini adalah batuan basa, karena batuan basa relatif berwarna lebih gelap dan tersusun atas mineral-mineral basa yang memiliki kemungkinan mengandung unsur Fe lebih banyak daripada mineral-mineral yang bersifat asam. Untuk batuan yang bersifat paramagnetik, biasanya tersusun atas mineral-mineral yang menyusun batuan sedimen, seperti halnya anhidrit, halit, dan gypsum, dimana mineral-mineral tersebut terbentuk dari hasil penguapan suatu larutan yang memiliki komposisi pembentuk mineral tersebut, sehingga sangat kecil kemungkinan di dalam kandungan mineral tersebut mengandung unsur-unsur seperti Fe dan juga Nikel. Jadi untuk sifat kemagnetitan yang diamagnetit contohnya adalah batuan sedimen, misalnya batugamping dan lainnya, yang tersusun atas mineral-mineral sedimen.





0 komentar:

Posting Komentar